Aku terbangun pagi hari ini karena meongan kucing di samping kasurku, dan ia menyentuhku lembut. Meongannya yang berulang-ulang begitu mengiba dan terdengar aneh. Kondisinya membuatku iba dan aku merasakan kegelisahannya. Aku pun berkata lirih, "Mungkin kucing ini lapar." Aku beranjak bangun dan membawakan makanan untuknya. Namun ia enggan dan menjauh dari makanan yang kubawa. Aku lantas berbisik, "Mungkin saja ia haus." Aku lantas menunjukkannya ke air, tetapi itu pun tidak menggembirakannya. Kucing itu mulai menatapku dengan tatapan yang mengungkapkan rasa sakit dan kesedihan yang dirasakannya. Tatapan itu sangat menggugah dan menyentuh hatiku, sampai-sampai aku berkhayal andai aku Nabi Sulaiman, memahami bahasa binatang, tentulah aku memahami keinginannya dan pasti menghilangkan kemalangannya. Kondisi pintu tertutup kala itu. Aku lihat kucing itu lama menatap pintu dan menggosok-gosok tubuhku setiap kali ia melihatku menghadap pintu. Aku pun paham maksudnya dan sadar bahwa ia menginginkan aku membuka pintu untuknya. Aku lantas bergegas membuka pintu dan tatkala pandangannya tertuju ke angkasa, dan melihat cakrawala, pelan-pelan kucing itu terbebas dari derita kesedihan, dan kegelisahannya berubah menjadi kegirangan dan kegembiraan. Lantas kucing itu kembali ke keadaannya semula. Ia kembali ke kasurku. Aku lalu menangkupkan tangan ke mukaku. Aku pun mulai berpikir tentang keadaan kucing ini. Aku kagum padanya dan berkata, "Andai saja aku tahu. Apakah kucing bisa mengerti arti kebebasan sampai-sampai ia sedih karena hilangnya kebebasan itu dan bergembira tatkala mendapatkannya? Iya. Kucing itu benar-benar mengerti arti kebebasan. Kesedihan, tangis, keengganan makan dan minumnya bukan karena apa-apa, tetapi karena mendambakan kebebasan itu. Dan ketundukan, harapan, sentuhan lembut, dan erangannya yang tiada henti itu tiada lain dan tiada bukan kecuali sebagai usaha untuk meraihnya. | Entry #25648 — Discuss 0 — Variant: Not specifiednone
|